Selasa, 27 Desember 2011

Do you like Bunaken, Sir...?

Peta Bunaken of North Sulewesi
Pada 1844 gempa bumi yang sangat kuat pernah menghancurkan kota Manado hingga rata dengan tanah. Pemerintah kolonial Belanda mendesain kembali kota Manado dan membangunnya kembali dari puing-puing kehancuran. Empat belas tahun kemudian ahli biologi terkenal asa Inggris Alfred Wallace yang berkunjung ke Manado pada 1858 menjuluki Manado sebagai 'salah satu kota tercantik di timur".

Saat ini, Manado telah berkembang menjadi kota besar dengan masyarakatnya yang kosmopolitan. Ibukota provinsi Sulawesi Utara ini merupakan kota yang bersih dengan penduduknya yang ramah. Standar ekonomi penduduk Manado disebut-sebut sebagai yang tertinggi di wilayah timur Indonesia.

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara di Jalan Supratman (telp. 892685) adalah salah satu tempat yang perlu dikunjungi jika berada di Manado. Museum ini memiliki koleksi pakaian adat, rumah adat dan berbagai peralatan. Sementara di Jalan Panjaitan terdapat Klenteng Ban Hiang Kiong yang dibangun pada abad ke-19 dan merupakan klenteng Budha tertua di wilayah timur Indonesia. Pada setiap bulan Februari diadakan festival yang sangat menarik di klenteng yang terletak di Jalan Panjaitan, Manado.

Di beberapa sudut kota Manado terdapat monumen yang dibangun untuk menghormati pahlawan nasional ataupun pahlawan masyarakat Minahasa antara lain monumen Sam Ratulangi yang dibangun untuk menghormati gubernur pertama yang juga disebut sebagai bapak masyarakat Minahasa yang wafat pada Juni 1949. Selain itu terdapat pula Monumen Toar Lumimut yang menggambarkan karakter Adam dan Hawa dari mitologi masyarakat Minahasa.

Pulau Bunaken terkenal di seluruh dunia karena keindahan taman lautnya dan kecantikan pantai dengan karang-karang lautnya. Bunaken disebut-sebut memiliki kecantikan alam bawah laut yang paling spektakuler di dunia di mana aneka bentuk terumbu karang, gua-gua dan lembah bawah air bersatu padu dihiasi bunga karang dan aneka ikan berwarna-warni. Hewan laut seperti kura-kura dan ikan lumba-lumba juga kerap terlihat di kawasan Bunaken.

Aneka bentuk koral warna-warni di sekitar Pulau Bunaken telah menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk datang menyelam atau snorkeling. Di Pulau Bunaken terdapat sisa-sisa bangkai pesawat terbang militer dari masa Perang Dunia ke-2 yang juga didatangi wisatawan sebagai salah satu daya tarik wisata di tempat ini.

Beautiful under sea
Taman Nasional Bunaken merupakan kawasan konservasi perairan dengan luas 79.065 ha yang terdiri dari dua bagian terpisah yaitu bagian Utara meliputi lima pulau masing-masing Pulau Bunaken, Siladen. Manado Tua, Mantehage dan Pulau Nain, serta wilayah pesisir Desa Molas, Desa Meras, Tongkaina dan Tiwoho. Di bagian selatan meliputi Desa Popo, Teling, Kumu, Pinasungkulan, Rap-Rap, Sondaken, Wawontulap dan Poperang.

Di konservasi Bunaken ini terdapat keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang sangat tinggi dan terdapat tiga ekosistem utama perairan tropis Indonesia, yaitu : terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun.

Di tenggara Kota Manado terdapat kota kecil bernama Kawangkoan. Sekitar 3 Km dari Kawangkoan terdapat Gua Jepang yang dibangun tentara Jepang pada PD II. Gua ini dibangun pada kawasan perbukitan yang mengelilingi Kota Manado dan berfungsi sebagai tempat perlindungan terhadap serangan udara Sekutu dan juga tempat untuk menyimpan amunisi, makanan dan obat-obatan.

Pulau Siladen merupakan pulau kecil yang indah dekat pulau Bunaken dan menjadi tujuan wisata bahari bagi wisatawan yang menyukai olahraga selam di taman laut sekitarnya. Pulau ini berpasir putih dengan vegetasi alam yang hijau yang sudah dilengkapi dengan hotel. Mudah dicapai dengan speed boat dari Manado sekitar 40 menit atau 10 menit dari Tongkaina.

( In 1844 a powerful earthquake had destroyed the city of Manado to the ground. The Dutch colonial government to redesign the city of Manado and rebuild it from scratch. Fourteen years later discouraged famous English biologist Alfred Wallace visited Manado Manado in 1858 dubbed as' one of the most beautiful city in the east ".
Currently, Manado has developed into a big city with a cosmopolitan society. The provincial capital of North Sulawesi is a clean city with friendly inhabitants. Economic standard of the population Manado touted as the highest in eastern Indonesia.
State of North Sulawesi Provincial Museum in Jalan Supratman (telp. 892 685) is one of the places that need to be visited if you are in Manado. This museum has a collection of custom clothing, custom homes and a variety of equipment. While on the Road Tires Panjaitan Hiang Kiong temple there was built in the 19th century and is the oldest Buddhist temple in eastern Indonesia. At the festival held every February is very interesting in the pagoda is located at Jalan Panjaitan, Manado.
In some corners of the city of Manado there is a monument built to honor a national hero or heroine Minahasa community, among others, Sam Ratulangi monument built to honor the first governor who is also called the father of Minahasa people who died in June 1949. In addition there are also monuments Toar Lumimut depicting characters from the mythology of Adam and Eve Minahasa community.
Bunaken island famous worldwide for its beautiful sea garden and the beauty of the coast with sea cliffs. Bunaken has touted the beauty of nature's most spectacular underwater world where various forms of coral reefs, caves and valleys unite underwater reefs decorated with flowers and a variety of colorful fish. Marine animals such as turtles and dolphins are also often seen in the area of ​​Bunaken.
Various forms of colorful corals around Bunaken Island has become an attraction for foreign tourists to come diving or snorkeling. Bunaken Island are the remains of dead military aircraft from World War 2, which is also visited by tourists as one tourist attraction in this place.
Bunaken National Park is a conservation area with an area of ​​79,065 ha of water consisting of two separate parts of the northern part includes five individual islands of Bunaken Island, Siladen. Manado Tua, Mantehage and Nain Island, and coastal areas Molas Village, Village Meras, Tongkaina and Tiwoho. In the southern part includes the village of Popo, ear, Kumu, Pinasungkulan, Rap-Rap, Sondaken, Wawontulap and Poperang.
On the conservation of Bunaken have coastal and marine biodiversity is very high and there are three main ecosystems of tropical waters of Indonesia, namely: coral reefs, mangroves and seagrass beds.
In the southeastern city of Manado there is a small town named Kawangkoan. About 3 km from there Kawangkoan Japanese Cave built Japanese soldiers during World War II. This cave is built on hills that surround the city of Manado and serves as a protection against Allied air attacks and also a place to store ammunition, food and medicine.
Siladen Island is a beautiful small island near Bunaken island and marine tourism destination for tourists who love the sport diving in the surrounding marine park. The island is sandy white with a green natural vegetation that is equipped with the hotel. Easily accessible by speed boat from Manado about 40 minutes or 10 minutes from Tongkaina. )





Anda, Raja di Tana Toraja

Tana Toraja merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang paling menarik dan terkenal. Secara Geografis, wilayahnya berada di pangkal semenanjung Sulawesi Selatan dan meliputi wilayah yang cukup luas. di sini, kita akan menjumpai rumah-rumah dan desa-desa tradisional dengan sawahnya yang membentang luas. bangunan rumahnya yang tradisional disebut dengan "tongkonan" dengan arsitektur yang unik. Singkat kata, kebudayaan Toraja sangat menarik.

Di Tana Toraja ini, upacara ritual penguburan mayat merupakan salah satu acara adat yang mengesankan bagi wisatawan, bahkan sudah terkenal di seluruh mancanegara. Orang Toraja percaya, bahwa tanpa upacara penguburan ini, arwah orang yang mati itu akan memberikan kemalangan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Puncak acara penguburan ini biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Pada saat itu, orang Toraja dari seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta dalam acara ritual ini. Kedatangan orang Toraja dari perantauan ini diikuti pula dengan tibanya wisatawan dari segala penjuru yang memenuhi daerah ini. Karena akomodasinya yang terbatas, hal ini membuat tarif penginapan dan hotel di Rantepao menjadi meroket tinggi.

Masyarakat Toraja secara etnografi dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu, Toraja barat, timur dan selatan, tapi yang banyak dikenal orang luar khususnya wisatawan asing adalah Toraja Selatan yang dikenal juga dengan nama Toraja Sa'adan atau Saqdan dan umumnya bermukim di dan sekitar Rantepao dan Makale, ibukota administrasi Tana Toraja. Kota kecil yang cantik ini dikelilingi perbukitan yang puncaknya sering ditutupi kabut dan di dekat kota terdapat sebuah danau buatan.

Pada puncak-puncak bukit itu terdapat gereja yang dicat dengan warna putih. Di pasar Makale, pedagang antara lain menjual babi hidup yang kakinya diikat pada batang bambu, belut hidup dalam ember dan balok minuman khas setempat. Tidak jauh dari pasar, di jalan yang menuju Tondon, terdapat tau tau pada sebuah bukit batu, Anda dapat melakukan eksplorasi di kawasan sekitar bukit ini atau melanjutkan perjalanan ke Sangala.

Rantepao merupakan kota terbesar di tana Toraja dan juga pusat perdagangan di wilayah itu. Wisatawan yang mengunjungi Toraja umumnya berkumpul di Rantepao. Kota ini menjadi titik awal bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi segala keunikan dan keindahan Toraja.  Rantepao adalah kota hujan karena hujan hampir selalu turun sepanjang tahun dengan udara yang dingin pada malam hari.

Rantepao memiliki pasar yang besar namun kegiatan perdagangan hanya dilaksanakan sekali dalam seminggu, salah satunya adalah Pasar Bolu, Pasar yang terletak sekitar 2 Km di timur laut Rantepao ini memang untuk dikunjungi karena menjadi tempat pertemuan orang Toraja yang datang dari berbagai tempat di wilayah ini.

Batutumonga adalah kota kecil yang terletak di lereng Gunung Sesean, sekitar 20 Km di utara Rantepao, memiliki panorama yang indah. Dari ketinggian tempat ini terbentang pemandangan ke arah Kota Rantepao dan Lembah Sa'adan yang berada di kejauhan di kaki gunung. Dari tempat ini wisatawan juga dapat menikmati keindahan matahari terbit dan melakukan perjalanan (hiking) menyusuri kawsan Batutumonga, kemudian menikmati makanan di restoran dan bermalam di penginapan yang tersedia di kota ini.

Lembah Mamasa merupakan kawasan yang berada di sebelah barat Tana Toraja sehingga sering pula disebut dengan nama Tana Toraja Barat. Wilayah ini memiliki panorama alam yang indah serta kebudayaan yang unik. Walaupun kedua daerah ini terletak berdekatan namun terdapat perbedaan kebudayaan antara masyarakat di Lembah Mamasa dengan di Tana Toraja. Rumah adat mamasa memiliki atap kayu yang berat dengan bentuk yang tidak terlalu melengkung sementara rumah adat Toraja memiliki atap kayu dengan bentuk huruf "U". Selain itu, masyarakat Mamasa tidak memiliki terlalu banyak upacara adat sebagaimana di Toraja.

Mamasa merupakan desa terbesar di lembah ini dengan udara yang bersih dan sejuk serta penduduknya yang ramah. Puncak kesibukan desa ini hanya terjadi pada hari pasar saat orang-orang yang tinggal di lereng-lereng gunung di lembah ini berdatangan ke Desa mamasa untuk menjual barang dagangannya, salah satunya adalah kain tenun selimut yang harus dipakai saat tidur karena udara di tempat ini sangat dingin pada malam hari.

Wilayah di sekitar Desa Mamasa memiliki pemandangan yang sangat indah. Tersedia kendaraan bermotor (ojeg) atau angkot yang dapat disewa di Desa Mamasa yang dapat digunakan untuk berkeliling ke berbagai tempat menarik di sekitar daerah itu.

( You, the King in Tana Toraja)
Tana Toraja is one of the most attractive tourist destination and famous. Geographically, its territory on the lower peninsula of South Sulawesi and covers an area large enough. here, we will find homes and traditional villages with fields that stretched wide. building a traditional house called "tongkonan" with its unique architecture. In short, the culture of Toraja in Tana Toraja, the rites of burial ritual is one impressive custom event for tourists, even the already famous around the world. Toraja people believe, that without this funeral, the dead person's spirit will provide misfortune for the family left behind.


The highlight of this burial usually takes place in July and August. At that time, the Toraja people from all over Indonesia will return home to participate in these rituals. The arrival of people from overseas Toraja was followed by the arrival of tourists from all over who meets this areas. Due to limited accommodation, it makes the tariff inns and hotels in Rantepao be sky-high.


Toraja society in ethnography can be divided into three groups namely, Toraja west, east and south, but are little known to foreign tourists, especially outside the South Toraja is also known by the name Toraja Sa'adan or Saqdan and generally live in and around Rantepao and Makale , the administrative capital of Tana Toraja. This beautiful little town surrounded by hills that peak is often covered with fog and near the town there is an artificial lake. very attractive.


On the hilltops there is a church that was painted with white. In the market Makale, among other merchants selling live pigs whose legs were tied to a bamboo pole, live eels in a bucket and bar beverages local specialties. Not far from the market, on a path of Tondon, there are tau tau on a rock hill, you can perform exploration in the area surrounding this hill or continue on to Sangala.


Rantepao tana is the largest city in Toraja and trade center in the region. Tourists who visit the Toraja generally congregate in Rantepao. The city is a starting point for tourists who want to explore all the uniqueness and beauty of Toraja. Rantepao is the city of rain because rain is almost always falls throughout the year with the cold air at night.


Rantepao has a huge market, but trading activity carried out only once a week, one of which is Bolu Market, Market, located about 2 km to the northeast Rantepao is indeed to be visited as a meeting place Toraja people who come from different places in the region.


Batutumonga is a small town situated on the slopes of Mount Sesean, about 20 km north of Rantepao, has a beautiful panorama. From this altitude view of the city lies Rantepao and Sa'adan Valley located in the distance at the foot of the mountain. From this place, tourists can also enjoy the beautiful sunrise and take a trip (hiking) down kawsan Batutumonga, then enjoy a meal in the restaurant and overnight at the lodge are available in this city.


Mamasa Valley is an area located to the west of Tana Toraja so often called by the name of Tana Toraja West. This area has beautiful natural scenery and unique culture. Although these two areas are located adjacent to but there are cultural differences between communities in the Valley Mamasa with in Tana Toraja. Mamasa traditional house has a roof of heavy timber with a less curved shape while the traditional Toraja house has a wooden roof with a form letter "U". In addition, people do not have too much Mamasa ceremonies as in Toraja.


Mamasa is the largest village in this valley with cool clean air and friendly people. This peak occurs only village on market day when the people who live on mountain slopes in this valley came to the village of Mamasa to sell his wares, one of which is a fabric woven blanket that should be worn during sleep because the air is very cold in this place at night.


Areas around the Village Mamasa has very beautiful scenery. Available motor vehicles (OJEG) or public transportation that can be rented in the village of Mamasa that can be used to get around to various interesting places around the area.